Aqiqah merupakan menyembelih kambing pada hari ketujuh kelahiran seseorang anak sebagai tanda syukur bagi kaum muslim.
Andi Nata yang mengambil Jurusan Teknik Mesin, seperti tidak cocok dengan bisnis yang ia tekuni. Bisnis Aqiqah yang ia kembangkan menyediakan masakan yang identik dengan sate dan gulai kambing.
"Jujur, saya tidak bisa masak, apalagi mengolah masakan sate atau gulai kambing. Tapi hasil masakan saya sudah masuk ke Hotel Four Seasons dan tiga hotel bintang empat lainnya di Jakarta," ujar Andi yang ditemui detikFinance beberapa waktu lalu.
Lalu, apa yang membuatnya sukses mengelola bisnis Aqiqah hingga beromzet ratusan juta rupiah per bulan?
Menurutnya menekuni bisnis kuliner tidak selalu bisa masak. Berkaca pada kemampuannya yang sama sekali tidak bisa masak namun ingin punya bisnis kuliner, dirinya harus 'berkelana' mencari juru masak handal.
"Saya punya niat besar untuk buka bisnis aqiqah, namun tidak bisa masak, untuk mewujudkan keinginan saya, maka ide saya tidak lain mencari juru masak andal. Namun pencarian tersebut tidaklah mudah, cukup banyak juru masak yang menolak khususnya dalam memberikan resep rahasianya," ungkap Andi.
Ia mengakui sangat susah mencari juru masak yang enak dan mau diajak kerjasama. Tak habis akal Andi pun melancarkan berbagai trik, salah satunya bersilaturahmi atau mengunjungi orang-orang yang ia 'incar'.
"Ya, dengan niat bersilaturahmi orang tak akan mungkin mengusir saya, walaupun kenal saja tidak. Sambil main ke rumah juru masak yang saya incar, hampir tiap hari tidak lupa membawa jajanan, seperti coklat, biskuit, dan lain-lain untuk anaknya, ya istilahnya nyogok," tuturnya.
Akhirnya, hampir 2 (dua) minggu silaturahmi sambil mengungkapkan keinginan tulusnya, akhirnya si juru masak yang ia incar hatinya pun luluh. "Dia mau jalin kerjasama, hingga sampai saat ini," ucapnya.
Apa yang membuat usaha aqiqah yang diberi nama Raja Aqiqah. Klaim Andi tidak lain karena kualitas bahan utama dan cita rasa masakannya yang jauh dibandingkan yang lain.
"Bahan bakunya bukan kambing seperti pada umumnya, tapi daging domba yang merupakan perkawinan domba Afrikan F1 dengan domba Jawa Barat. Hasilnya dagingnya empuk dan tidak amis, apalagi yang paling utama tidak mengandung kolestrol," ungkap
Keunggulan tersebut membuat pelanggannya senang, dan menjadikan rekomendasi para calon pelanggannya yang lain. "Tidak kurang dalam sehari 2-5 domba yang disembelih atau rata-rata 100 domba tiap bulan," ungkapnya lagi.
Lantas apa yang membuat Andi, melihat peluang usaha aqiqah ini, sementara dirinya merupakan mahasiswa jurusan mesin?
"Keluarga saya punya peternakan domba, pelanggan yang beli domba kami rata-rata digunakan untuk acara aqiqah, dari situ timbul pemikiran kenapa tidak saya buka usaha aqiqah juga, ternak sendiri, jual sendiri sampai buat sendiri (masakan aqiqah)," ucapnya.
Perhitungan bisnis Andi sederhana, dalam sebulan tidak kurang ada 1.000 acara aqiqah hanya di Jakarta saja."Kalau saya ambil pasar 2% saja, sudah besar sekali," ucap pria kelahiran 5 Januari 1989 ini.
"Bahkan saat ini, peternakannya tidak mampu memenuhi permintaan pesanan. Untuk memenuhi permintaan, saya membina sekitar 10 kelompok peternak domba yang tersebar di Cirebon, Depok, dan di daerah Jawa barat lainnya," kata Andi.
Andi pun tidak menutup peluang pihak lain untuk menjalin kerjasama. Ia mengaku kini omzet bisnisnya bisa mencapai Rp 400 juta per bulan "Simpel saja kerjasamanya, kita bagi hasil 50:50 dari keuntungan bersih," pungkasnya.
http://finance.detik.com/read/2012/02/20/104521/1846427/480/mahasiswa-ini-sukses-berbisnis-kuliner-aqiqah-beromset-ratusan-juta